Rabu, 27 November 2013

Cara Melacak Ciri Manusia Anti Kritik

Nyaris tidak ada manusia yang mengakui bahwa dirinya anti terhadap kritik.

Rata-rata semua mengaku siap menerima kritik.
Karena itu cara untuk mengetahuinya tidak bisa melalui pengakuan yang bersangkutan. Tapi mesti dilacak melalui sikap dan prilaku mereka.

Secara gamblang cirinya adalah:
Saat dikritik, nada suara dan susunan kalimatnya menjadi kacau.
Bicaranya mutar mutar. Sulit mengakui segala sesuatu yang sudah jelas
Dan selalu mengaburkan dan mengarak topik tanpa fokus.

Setelah itu usai,
Yang bersangkutan berubah sikapnya dalam hubungan pergaulan.
Dengan kata lain, kritik itu bagi mereka adalah gong permusuhan.
Bahkan sebagian dari mereka, dendam pada orang yang mengkritiknya.
Dan itu, lama sembuhnya. Bahkan bisa dibawa sampai mati.
Dengan kata lain, mereka begitu sulit untuk memaafkan.

Jika ketemu dengan orang yang demikian,
Bisikan di telinga mereka: “Anda manusia sampah sok mutu!”

Selasa, 26 November 2013

Diskusi tentang Kebanaran Itu Omong Kosong!

Diskusi tentang Kebanaran Itu Omong Kosong!

19 November 2013 pukul 9:38
Kadang saya muntah membaca dialog dialog tentang kebenaran
Karena rata rata peserta, kuper wawasan filsafat
Seakan kebenaran itu, seperti sebuah benda
Yang tinggal dipetik, lalu dielus kemana-mana
Padahal kenyataannya, kebenaran itu tidak ada.
Hanya sebuah konstruksi angan-angan yang disebut dengan permainan logika

Kapan ya mereka akan mengerti
Beginilah susahnya jika modal referensi hanya agama agama agama melulu
Coba sesekali baca Filsafat Postmodernisme
Mereka akan akan sadar,
Ternyata apa yang mereka pahami,
Hanya sampah yang sudah kadaluarsa
Jadul banget

Sampah postmodernisme adalah nilai-nilai lama.
Posmodernisme menawarkan
lokalitas yang terbaharu lewat keacakan penuh kejutan.
Pada kemasan yang menggugah verbalisme, logika kekinian,
dan semangat bermain-main yang dahsyat ia memamah biak, berduplikasi, dan menjadi simulakrum.

Nilai-nilai lama disimpan di gudang lembab, namun kemasannya dicat ulang dengan campuran-campuran yang mengejutkan.
Ada pesta estetika yang banal, menawarkan penafsiran baru yang setara.
Sekaligus membunuh paternaslime Nilai lama yang diragukan kebenarannya, karena penafsirannya sangat sepihak dan memperbudak semangat kreatif personal yg Keparat.

Aku larut di situ, sambil....kadang-kadang menyimak bungkusan nilai lama yang tertindih debu.
Bukan karena merindukan si tokoh,
tapi cuma kerinduan sebagai manusia sepi makna di hingar-bingar kekinian.

Posmodernisme memang Bangsat!

sekaligus nikmat......

Kilas Balik dari Muhammad Menuju Nietzsche

Kilas Balik dari Muhammad Menuju Nietzsche

20 November 2013 pukul 9:07
Sewaktu saya membaca Sejarah Hidup Muhammad karya Husein Haekal, saya sering menangis dari halaman ke halamannya. Terbayang kebersahajaan dan kemuliaan pribadi Muhammad. Lalu saat saya lanjutkan membaca riwayat 2 sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, dengan pengarang yang sama, lagi lagi saya juga  menangis. Seakan tak kan saya temui lagi pribadi yang menyentuh hati saya selain mereka.

Tapi tak lama kemudian saya juga membaca Kasyaful Mahjob Al Qusyairi. Begitu juga dengan Ihya Ulumuddin Al Ghazali. Semakin larut saya dalam tangis Cinta Illahiah. Terbayang betapa dalamnya akhlak para Sufi. Betapa heroiknya kecintaan mereka pada Allah. Seakan saya tak kan lepaskan lagi hidup zuhud di jalan Tuhan.

Namun beberapa tahun kemudian,
Saat saya baca riwayat kegilaan Nietzsche, malah saya terharu lebih dalam lagi. Begitu nyeri hati saya mengenang kedalaman renungan filosofisnya. Tuhan yang semula saya puja dan saya cintai dengan segenap jiwa raga, dia bunuh dengan gagah berani. Dan mayatNya, jatuh membasahi petualangan spiritual saya yang tak pernah padam. Maka praksis sejak saat itu, cara saya memandang segala sesuatu, berubah 1000 derjat dari sebelumnya. Saya mengutuk Nietzsche sejadi-jadinya. Kenapa saya menemukan kegilaannya disaat saya sudah terlanjur mencintai Tuhan hampir separuh usia.

Dan begitulah seterusnya ...
Semua, ternyata hanya proses yang tak pernah henti
Saya menggigil dari satu rumah ke rumah bathin lainnya
Dari satu atap suci ke atap metafisik lainnya
Sampai akhirnya saya sadar
Akan seksinya sabda gila Sang pembunuh Tuhan yang bernama Nietzsche:
Bahwa yang disebut Kebenaran, pada dasarnya hanya kumpulan kesalahan yang tertunda